Kamis, 03 Desember 2015

Pulau Para Dewa (Part II)

Adalah hari kedua singgah di Pulau Para Dewa ini. Pukul 02.00 WITA kami sudah bergegas bangun san bersiap menuju destinasi selanjutnya. Berat gravitasi tempat tidur dan lengket rasanya kelopak mata ini.

A: Neng, bangun atuh ih kamu mah meuni susah dibangunin
E: Lima menit please... ngantuk banget gak kuat.
A: Yeeee... lawan atuh.. ayo ah!!

Dengan langkah yang terseok menuju kamar mandi. Berusaha sekuat tenaga mengalahkan rasa kantuk yang terlalu. Tak lama selesai semua persiapan, tepat pukul 03.10 kami berangkat.

Udara dingin menusuk raga ini tanpa ampun, dan lampu jalanan yang berkelap kelip mengiringi perjalan (yang sangat) pagi ini. Menempuh perjalanan dua jam dari Umalas menuju Utara Bali. Ya! Desa adat Kintamani. Daerah dataran tinggi di Pulau Bali yang akan kami jadikan tujuan selanjutnya.

Berbekal aplikasi navigasi kami mengandalkan segalanya. Tak sulit mencari jalan disini, kalau masih ada garis putih di sisi jalan berarti kita masih berada pada jalur yang benar. Tetapi, hilangnya garis putih pada sisi jalan menjadi pertanda kalau kita sudah memasuki kawasan pedesaan yang mengindikasikan kita sudah keluar dari jalur sesungguhnya.

E: A, masih jauh deh kayanya. Istirahat sebentar boleh? Aku kedinginan banget.
A: Iya kita cari pom bensin ya sekalian saya mau buang air kecil.
E: Aku salah bawa jaket nih. Nusuk banget dinginnya dan ngantuk
A: Iyah sama saya juga nih.

Sejenak meregangkan otot yang sudah sejak tadi kaku karena terpapar udara yang (sangat) dingin.

Kami lihat pada aplikasi, jarak yang harus kami temput masih 10 Km lagi. Sebenarnya tak terlalu jauh karena kami menggunakan skuter matik. Namun, suhu kala itu yang cukup menjadikan permasalahan untuk kami. Skuter dilaju dengan kecepatan sedang, ya sekitar 50-70 Km/jam.

Akhirnya kami sampai pada tujuan, Batur View!! Yeaayyyy....
Kami lihat banyak kelap-kelip headlamp para pendaki yang akan summit menuju kaldera Gunung Batur. For your info, Kaldera Batur sudah diakui oleh dunia karena keindahannya. Namun karena kami tak membawa perlangkapan untuk mendaki, kami hanya menikmati suasana pada point view. Tak kalah indah! kami melihan banyak sekali keajaiban alam raya Indonesia di Pulau Dewa ini.


Pukul 06.30 WITA kami bergegas turun menuju destinasi selanjutnya. Sekali lagi kami mengandalkan aplikasi navigasi yang ada pada gawai. Menuju Pura Ulun Danu Bratan. Pura yang sangat legendaris karena terdapat di pecahan uang Rp. 50.000,- .

Sebenarnya wisatawan domestik tak dikenakan biaya apapun kecuali parkir. Namun, kesalahan kami yang membuntuti rombongan wisatawan mancanegara dan ikut dikenakan biaya tiket Rp. 7.500/orang. Tapi kami tak menyesali itu, anggap saja kami membantu untuk menjaga keeksotisan tempat ini.










Suasananya sangat damai ditemani dengan sejuknya udara kala itu. Puas kami mengelilingi Pura, kami kembali menuju Hotel.




Sangat beruntung, hotel yang ditempati memiliki view yang bagus. Ketikan membuka balkon, pemandangan sawah yang begitu hijau dan menyegarkan mata. Cukup mengeluarkan Rp. 240.000,- Fave Hotel Umalas sudah memberikan fasilitas yang oke menurut saya. Sarapan, kolam renang, billyard dan fasitilas kamar juga yang oke.


Saya memutuskan untuk istirahat sejenak, makan dan tidur siang. Mengingat perjalanan kali ini cukup melelahkan.


Sore hari pukul 15.00 saya kembali melanjutkan perjalanan menuju Kuta Selatan. Tujuan setiap sore adalah untuk menikmati senja di pulau yang menjanjikan beribu keindahan senja. Kali ini saya memilih Dreamland Beach di kawasan Pecatu. Ini yang saya suka dari Bali, tempat wisata terjaga namun tetap dengan harga yang ekonomis. Cukup bayar uang parkir sebesar Rp. 5.000'- saja saya sudah bisa memasuki kawasan ini.






Berakhirlah perjalanan hari kedua ini. Saya pulang untuk beristirahat di tempat adik saya dan parter kembali menuju penginapan.




Terima Kasih
Salam Hangat
Eka \m/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar